Sabtu, 08 Januari 2011

Program Acara “ Jika Aku Menjadi”

Tema:Kemiskinan
Objek yang diambil: Kehidupan keluarga tukang reparasi kompor minyak.

Dalam tugas saya kali ini saya mencoba mengkritisi sebuah tayangan televisi yang berjudul “ Jika Aku Menjadi “ dalam episode “Tukang Reparasi Kompor Minyak”.
Saat ini mungkin kompor minyak sudah tidak menjadi bahan bakar utama dalam kehidupan sehari-hari, sulitnya mencari bahan bakar tersebut dan pemakaian yang kurang higienis membuat orang meninggalkan kompor minyak dan beralih ketabung gas yang harganya mudah dijangkau semua kalangan dan juga mudah untuk mendapatkannya. Tetapi untuk keluarga pak tole yang tinggal di Sawahan Depok, minyak tanah menjadi sesuatu yang berharga dalam kelangsungan hidup keluarganya. Pak Tole menggantungkan hidupnya dengan menekuni usaha menjadi tukang reparasi kompor minyak. Kehidupan keluarga pak tole bisa dibilang kurang memadai, sehari-harinya pendapatan yang didapat kurang mencukupi untuk  kebutuhan hidup satu keluarga. Keadaan seperti ini sering kita jumpai, entah didaerah sekitar kita atau tayangan-tayangan televisi yang mengeksploitasi kemiskinan.
Di Indonesia sendiri tayangan-tayangan televisi tentang kemiskinan bisa dibilang sedang tren. Banyak program-program televisi menampilkan kehidupan kemiskinan, hanya saja kemasannya yang berbeda-beda. Seharusnya dengan adanya tayangan-tayangan seperti itu pemerintah Indonesia lebih bisa memperhatikan rakyatnya yang hidup serba kekurangan sehingga pemerintah mampu mencari jalan untuk mengatasinya. Sebagai contoh kecilnya adalah keluarga Pak tole yang sehari-harinya menjadi tukang reparasi kompor minyak. Dari segi ekonomi kehidupan pak tole menengah kebawah dibanding para mahasiswa yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut, tetapi jika kita mau melihat dari sisi lain keluarga pak tole jauh lebih baik dari mahasiswa tersebut yang kesehariannya hanya mengandalkan uang saku dari orang tuanya, walaupun hanya sedikit pendapatan pak tole tetapi jerih payah dengan keringat sendiri jauh lebih memuaskan. Orang akan lebih dihargai jika orang tersebut mempunyai pekerjaan walaupun hasilnya tidak seberapa dibanding dengan orang yang meminta-minta. Dengan kata lain, walaupun kehidupan ekonomi pak tole menengah kebawah dan setiap harinya kebutuhan hidupnya kurang tercukupi tetapi setidaknya pak tole mempunyai pekerjaan yang tetap dan hal tersebut lebih bisa dihargai orang lain.
Tetapi dalam program acara “ Jika Aku Menjadi “ seolah-olah terlalu dibuat-buat dan terlalu didramatisir dalam penyampaiannya, padahal keluarga tersebut terkadang keadaannya tidak separah dalam tayangannya. Jika dibanding dengan mahasiswa yang menjadi pembawa acara disitu terlihat memang keluarga yang diekspose dibawahnya, tetapi dari sisi lain jauh lebih baik keluarga tersebut, seperti halnya diacara tersebut mahasiswa digambarkan menjadi seorang yang manja, tidak pernah hidup susah, tidak pernah bersyukur atas semua yang dia punya. Sehingga acara tersebut terkadang membius para penontonya bawa seperti ini mahasiswa sekarang, hal tersebut akan menjatuhkan image seorang mahasiswa yang pada kenyataannya tidak semua mahasiswa seperti itu. Seperti yang saya bilang tadi, bahwa program acara ini terlalu dibuat-buat dan kadang tidak sesuai dengan realita yang ada, ini semua kembali kestasiun tv pembuat acara yang hanya ingin mencari keuntungan dari program acaranya. Selain itu masyarakat Indonesia pada umumnya memang lebih tertarik pada acara-acara yang berbau kesedihan dan yang bisa membuat para pemirsanya menangis jika melihat tayangan tersebut.
Ironisnya, masyarakat umum terutama masyarakat menengah ke bawah yang sudah tentu awam terhadap duna pertelevisian tak banyak yang tahu bahwa acara realitaas hanyalah kebohongan belaka. Mereka terlalu fanatik dan menganggap bahwa kisah-kisah haru dan dramatik yang kebanyakan ditonjolkan oleh acara-acara realitas memang benar-benar terjadi dengan tanpa adanya skenario.Apalagi pengemasannya yang terbilang bagus dengan didukung tema-tema menarik seperti percintaan, penghianatan, perselingkuhan, dan bahkan hal-hal mistik seperti perdukunan serta hal-hal yang berba religi pun semakin membuat masyarakat seolah-olah tersihir untuk senantiasa menyaksikannya.
Fenomena seperti itulah yang menjadikan acara realitas sebagai kebohongan publik yang nyata dan tentu saja dapat memberikan pengaruh buruk terhadap masyarakat luas, terutama masyarakat yang masih awam terhadap intrik di dunia pertelevisian. Acara-acara realitas yang baru-baru ini membanjiri dunia pertelevisian nasional berhasil memanfaatkan penonton dengan memodifikasi kenyataan, serta menggunakan teknik-teknik pascaproduksi yang seolah-olah menjadikan tiap adegan dalam acara tersebut benar-benar terjadi tanpa adanya rekayasa.
Pada dasarnya, rata-rata penonton yang suka acara semacam ini adalah penonton kelas menengah kebawah yang awam dalam dunia pertelevisian sehingga mudah untuk dibohongi oleh reality show. Disini masyarakat yang sudah mengerti akan hakikat reality show yang kenyataannya hanyalah modifikasi realitas juga sebaiknya ikut andil dalam mensosialisasikan kenyataan tersebut sehingga dampak yang tidak diinginkan tidak akan pernah terelisasai

Dalam program acara “Jika Aku Menjadi” mengangkat tema kemiskinan yang terjadi Indonesia. Setiap harinya dihadirkan sebuah keluarga baru yang dari segi ekonominya menengah kebawah. Dalam program acara ini, ceritanya juga begitu-begitu saja. Mendatangkan sebuah keluarga atau narasumber setelah itu diliput semua kegiatannya. Dari sini akan diperlihatkan begitu kerasnya kehidupan dan perjuangan hidup yang harus dihadapi keluarga tersebut. Nilai plus yang saya tangkap dalam tayangan tersebut, walaupun mereka hidup serba kekurangan dan penghasilan mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, tapi setidaknya mereka mau berusaha dan tidak hanya mengandalkan belas kasih orang lain. Seperti contohnya, keluarga pak tole yang kesehariannya sebagai tukang reparasi kompor minyak. Hidup yang serba kekurangan dan pas-pasan.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan 
  1.  Laju pertumbuhan penduduk
  2. Angka kerja, penduduk yang bekerja dan penduduk yang pengangguran
  3. Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
  4. Tingkat pendidikan yang rendah
  5. Kurang perhatian dari pemerintah 
Selain faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan itu ada, saya juga akan menjelaskan penyebab kegagalan. Sering kita jumpai, banyak orang sudah berusaha dengan keras tetapi nasib baik belum berpihak. Ini semua akan saya jelaskan sebagai berikut:


Penyebab kegagalan
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya.
Alangkah lebih baik apabila dana-dana bantuan tersebut langsung digunakan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), seperti dibebaskannya biaya sekolah, seperti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), serta dibebaskannya biaya- biaya pengobatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas).
Faktor kedua yang dapat mengakibatkan gagalnya program penanggulangan kemiskinan adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal

Secara garis besar, kemiskinan yang terjadi di indonesia menjadi masalah yang berkelanjutan dan sulit sekali untuk mengentaskannya. Tetapi setidaknya kita masyarakat indonesia mau berbagi dengan sesama dan selalu bekerja keras untuk kehidupan yang lebih baik lagi.


By: Hanief Novia Pahlevi / 08148133

0 komentar:

Posting Komentar